Di Kelurahan Pekayon Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur, terdapat 116 RT yang memiliki jumlah penduduk 45.203 Jiwa. Entah berapa sampah berupa botol plastik yang dihasilkan oleh warga dalam sebulan.
Jika Kita, warga bisa kompak mengumpulkan sampah botol plastik ini, mungkin salah satunya bisa digunakan menjadi 'perahu' untuk membersihkan Kali baru atau Setu pedongkelan yang berada di tetangga Kelurahan Pekayon.
Redaksi NP
Bagaimana caranya untuk menarik perhatian umum bahwa dunia yang kita huni ini dalam keadaan sangat gawat ? Sampah bertimbun dimana-mana, mengotori muka bumi ini. Pantai penuh dengan botol-botol plastik kosong terbawa ombak dan terdampar di pantai pasir nan putih. Pertama kita mencoba untuk membersihkan pantai-pantai itu dengan mengumpulkan botol-botol plastik yang terdampar. Setelah terkumpul, membangun perahu layar dengan badan kapal terdiri dari botol-botol plastik. Apakah mungkin? Apakah itu hanya khayalan atau impian saja ? Dengan kerja keras, serta ketekunan yang tinggi dan percaya bahwa ini merupakan suatu tugas mulia, bisa saja menjadi kenyataan. Itulah yang mendorong anak buah kapal dari kapal berbadan botol plastik yang menamakan kapal buatannya "Plastiki”. Enam orang penjelajah berlayar dari San Francisco pada tanggal 20 Maret 2010 dengan tujuan berlayar menuju ke Sydney Australia. Perjalanan yang memakan waktu 3-1/2 bulan ini dengan jarak 11,000 mil, dimana mereka itu sekarang ( waktu laporan ini ditulis) masih harus menempuh 4000 miles lagi untuk sampai di Sydney, Australia. Yang sangat menarik, untuk menempuh pelayaran sejauh itu, kapal layar mereka seluruh badan kapal terdiri dari plastik daur ulang dimana sebahagian besar merupakan bagian agar kapal layar itu mengambang, ialah botol plastik kosong berjumlah 12,500 botol plastik dari botol ukuran 2 liter.
David de Rothschild, Ketua rombongan penjelajah muda ini, merancang kapal layar "Plastiki" sebagai usaha untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dimana botol-botol plastik yang dianggap sebagai sampah ini sebetulnya dapat dijadikan sumber bahan-bahan yang berguna, tanpa memerlukan keahlian atau alat-alat canggih. Kapal layar yang berukuran 18 meter panjangnya ini, ruangan penumpang dan alat-alat penunjang lainnya dibuat dari plastik SRPER (self-reinforcing polyethylene terepthalate), bahan plastik daur ulang bekas pakai benang plastik tenunan.
Kemudian bahan-bahan bangunan kapal layar ini di-lem dengan perekat yang dibuat dari kacang cashew dan tebu. Layar dibuat dari kain polyethylene, dan sebagai tiang layar pipa aluminium bekas tabung yang dipakai pengairan kebun.
Lunas ganda kapal layar “Plastiki” ini terdiri dari botol-botol plastik kosong yang disusun rapih dan "di-ikat" sangat ketat Botol-botol plastik kosong ini merupakan 68 % dari daya mengambang kapal layar ini. Yang sangat menakjubkan ialah bahwa botol-botol plastik itu semuanya tidak memakai bahan apapun sebagai bahan pelindung dari air laut atau dari udara dan teriknya matahari. Botol-botol plastik kosong ini langsung menyentuh dan mengambang di air laut. Keistemewaan dari botol-botol plastik kosong ini ialah, sebelum tutupnya dipasang rapat-rapat, botol kosong diisi dengan “dry ice”. Setelah “dry ice” itu menjadi gas, membuat botol-botol itu mengembang sepenuhnya. Dengan demikian botol-botol plastik kosong itu menjadi keras dan tidak akan penyot-penyot karena tekanan dari air laut.
Kapal layar ini digerakkan oleh motor listrik dimana tenaga listriknya hasil dari berbagai cara, seperti Solar Panel, speda genjot yang memutarkan generator listrik, kincir angin dan turbin listrik yang dipasang dibawah peremukaan air laut. Alat “desalinator” ( merubah air laut menjadi air tawar untuk air minum), alat ini dijalankan dengan tenaga manusia (genjotan). Kapal layar Plastiki tidak mempunyai lemari es, oleh karena itu sayur-sayuran dihasilkan dengan cara bertanam diatas air (hydroponically). Air yang dipakai adalah air kencing yang sudah disaring dan dibersihkan.
Dengan mengambil berkahnya dari pelayaran ini, de Rothschild dan anggota rombongan lainnya bukan saja mencoba agar masyarakat banyak dapat mendapat pelajaran bahwa "sampah" itu dapat merupakan sebagai sumber yang ada kegunaanya. "Sampah" bukan merupakan sebagai "kesalahan" dari kehidupan masa kini dan hanya mengotori muka bumi ini saja. Mudah-mudahan dengan pelayaran Kapal Layar Plastiki ini dapat memberikan kesan yang mendalam bahwa pemikiran "lahir" terus "dikubur", perlahan-lahan dapat dirubah menjadi dasar pemikiran ” lahir untuk dilahirkan kembali”. Sampah adalah bikinan manusia, kita juga yang harus memikirkan bagaimana untuk memanfaatkan “sampah” ini demi untuk kebahagiaan dan kebaikan manusia generasi yang akan datang. Kalau manusia mati harus dikubur…memang begitu aturannya. Ini semua dapat dikatakan…."Wahai,... ini adalah pesan dari 12,500 botol plastik kosong"…………..
Dari perjalanan Kapal Layar Berlunas Ganda "Plastiki" dari Pantai Barat Amerika Serikat ke Sydney , Australia mengarungi Samudra Pacific selama berbulan-bulan dengan jarak 10,000 miles dan tiba dengan selamat di tujuan, apa kiranya yang dapat kita petik sebagai bahan pelajaran.
Pertama yang masuk dalam pikiran kita itu ialah, rupanya apa yang disebut "sampah" itu, dalam hal ini botol plastik dari 2 liter, masih ada kegunaanya dan juga ternyata "sampah" itu dapat bertahan lama dalam menjelajahi Samudra Pacific, berbulan-bulan mengapung dilautan lepas, membawa 4 penumpang beserta segala peralatannya selamat sampai di tujuan.
Membangun Kapal Layar "Plastiki", hanya dengan cara melekatkan botol-botol plastik satu dan lainnya dengan bahan perekat alami, kemudian botol plastik itu di-isi dengan "dry ice" dan dibentuk sebagai lunas kapal layar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seperti apa yang diperkirakan. Dalam hal ini sebagai lunas kapal mengapungkan badan kapal dipermukaan air laut serta dapat diarahkan dengan baik dalam usaha-usaha berlayar dengan tenaga angin.
Lunas kapal dari botol plastik ini sudah dibuktikan merupakan bahan yang kuat, bahan yang dapat diandalkan dalam mengarungi Samudra, tentunya akan berguna dan aman kalau dipakai dilautan lepas pantai. Dengan memakai konstruksi serta cara pembuatan sejajar dengan pembuatan Kapal Layar "Plastiki" itu. Membuka pintu lebar-lebar untuk ditrapkan dalam pembangunan Perahu Layar Nelayan Berlunas Ganda dan memakai bahan botol plastik sebagai bahan bakunya. Dengan bertumpuknya sampah-sampah di kota-kota besar, tentunya termasuk botol-botol plastik, merupakan bahan baku yang banyak serta merupakan bahan baku "jadi tinggal pakai". Tidak perlu diolah lebih lanjut, tidak memerlukan peralatan-peralatan apapun. Ini merupakan suatu jalan keluar yang paling baik untuk "memanfaatkan" sampah botol plastik dari berbagai ukuran. Disamping membersihkan lingkungan juga dapat dimanfaatkan ditempat lain sebagai alat dalam usaha menyerap tenaga, terutama bagi nelayan-nelayan dikota-kota sepanjang pantai.
Fakultas Teknik dari Universitas di seluruh Nusantara dapat "menciptakan" Perahu Nelayan Berlunas Ganda dari botol plastik ini. Dengan tambahan seperti "inajinasi", "inovasi" disertai dengan "akal" dalam menggunakan bahan yang seadanya menjadi sesuatu yang nyata dan berguna bagi kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan Perahu Nelayan Berlunas Ganda dari botol plastik akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat. Dan akan merupakan peralatan yang sangat berguna dan sangat membantu dalam usaha-usaha menaikkan taraf hidup para nelayan diseluruh Nusantara.
Seperti pepatah:" Berikan mereka itu alat untuk memancing daripada diberi ikannya".
===MangSi110111===