وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).


You are viewing 2 posts for January 2012 in the category artikel

Selamatkan Air untuk Anak Cucu Kita

Akhir-akhir ini di berita kita sering mendengar banjir rob makin sering menyerang warga pesisir. Selain karena gravitasi bulan, ada hal lain tentu saja yang menyebabkan hal ini. Kita tentu tidak bisa menghilangkan efek gravitasi bulan kan ? :). Tapi kita bisa berusaha mencegah naiknya muka air laut.

Salah satu yang menyebabkan muka air laut naik , sangat berhubungan dg kondisi krisis Air (kelebihan air dan kekurangaan air di setiap musim ) :

1. Berpindah nya  air tanah ke laut, sebelumnya air berada di beberapa  lapisan aquifer ( baik di  aquifer bebas ; unconfined aquifer dan di  beberapa aquifer tertekan ; confined aquifer ).

  2. Data pendukung poin 1, secara umum : pada tahun 60 an untuk mempompa air kita cukup memakai pompa air dangkal ( daya hisap lebih kecil dari 7 m ) , sekarang untuk mempompa air kita membutuhkan pompa yg lebih dalam seperti jet pump… malah  submersible pump utk beberapa daerah yg muka air tanahnya makin dalam. Artinya muka air tanah semakin tahun semakin dalam. Kemana pindahnya  air tersebut ? Bukankah kemungkinan besar akan ke laut, karena laut tempat yg paling rendah untuk  berdiamnya air. Apakah kondisi ini hanya terjadi di Jakarta atau di Indonesia saja ? jawabannya hampir di semua Negara belahan dunia kondisinya sama. Kelangkaan air di musim kemarau sudah menjadi ketakutan di hamper semua Negara.  

3.    Mengapa kondisi diatas bisa terjadi ? Telah terjadi defisit  dalam water balance ; air yg diambil atau di pompa  lebih banyak dibandingkan air yg masuk kedalam lapisan aquifer tersebut.


4. Mengapa air yg masuk kedalam lapisan aquifer menjadi lebih sedikit setiap tahun ? Peresapan air hujan secara natural makin  sedikit akibat telah terjadi perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air ( catchment area ). Akibatnya air permukaan menjadi lebih banyak yg mengalir  ke sungai , akan terjadi banjir jika  daya tampung sungai sudah maximum ( debit air max  berubah drastik disbanding kan debit minimum / debit kemarau ).  Kondisi in terjadi bukan hanya di Jakarta dan di beberapa daerah DAS sungai di Indonesia, hal ini juga terjadi di megara-negara lain.


5. Apakah Allah SWT memberikan cukup air ( kebutuhan mutlak ke dua setelah kebutuhan udara ) untuk masyarakat Jakarta ( 9,73 juta jiwa ) ?  Dengan data luas Jakarta 661 km2, curah hujan rata-rata;  2500 mm atau 2,5 meter/m2/tahun, kebutuhan air 200 liter/hari/jiwa atau 73 M3/jiwa /tahun…. Sebenarnya air hujan tersebut sangat cukup utk 22 juta jiwa. Belum kalau dihitung dari air yang dikirim dari bagian hulu.


6. Mengapa sekarang Jakarta sekarang mengalami krisis air ? Terjadi banjir jika curah hujan melebihi 40 mm / 2 jam, sertaPAM  kekurangan air baku selama musim kemarau, sehingga memerlukan supply air dari DAS Citarum ( Jatiluhur ) ? Perlu perubahan padigma yang mendasar : ubah konsep Horizontal drainage menjadi Vertical drainage . Canangkan Program Konservasi Total ( PKT ) ; jangan buang air hujan secepatnya kelaut, simpan air hujan kedalam lapisan aquifer yg memang sudah berkurang banyak. Selamatkan air untuk keperluan anak cucu kita di kemudian hari.


Salah satu cara untuk melakukan konservasi air, adalah dengan membuat sumur resapan. Mungkin sobat NP dapat membaca tulisan oleh BPPT [2] tentang bagaimana membuat sumur resapan di lingkungan kita.

    • Sumur Resapan

Referensi

1. Jual-beli karbon itu bohong, kata pakar, Fatchy Muhammad, https://groups.google.com/forum/?hl=en#!topic/bizinov2010/UVzoPKlEYFo

2. Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan, BPPT, http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html


PNRI di Jakarta, Perpustakaan De Tropisch di Negeri Belanda, Satelit LAPAN dan Program Wamil Kopassus

Usaha ini yang pertama diincar adalah para akadimisi yang ingin menuntut ilmu belajar utk S3. Dengan demikian tidak perlu belajar keluar negeri menunggu mendapatkan bea siswa. Dan mudah-mudahan akan menambah para peminat utk S2 atau S3 dengan belajar tanpa harus meninggalkan pekerjaan dan keluarga. Terutama para akademisi yang ingin belajar mengenai sejarah negara ini, sebelum Perang Kemerdekaan. Atau mungkin ada kertas kerja para mahasiswa sebelum perang dunia kedua mengenai usaha-usaha untuk me"modern"-kan jajahannya, yang terputus karena perang. - MangSi, http://on.fb.me/xlvQGE


Perpustakaan Nasional di Jakarta, Perpustakaan De Tropisch di Negeri Belanda, Satelit LAPAN dan Program Wamil Kopassus.

Setahun dua tahun yang lalu LAPAN meluncurkan satelit ke angkasa luar. Kemudian di Jakarta ada Perpustakaan Nasional. Dengan memakai nama Nasional, apakah Perpustakaan ini menyimpan buku-buku hasil karangan bangsa sendiri atau kata Nasional itu dapat diartikan bahwa buku-buku yang disimpan disana dapat dibaca oleh semua penduduk di seantero Nusantara ?

Mungkin ada yang menjawab, mana mungkin pembaca dari Morotai, Halmahera jalan-jalan ke Jakarta hanya untuk membaca buku. Bagaimana kalau buku-buku itu datang sendiri ke para peminat di seluruh Nusantara ? Mungkin melalui Pos ?

Mungkin ada yang menjawab, risiko terlalu besar, akan kemungkinan hilang dalam perjalanan. Juga waktu pengiriman yang lama dan ongkos yang tinggi.

Bolehlah, jawaban ini masuk akal.

Dijaman sekarang ini dimana HP dipakai secara luas oleh masyarakat, juga pemakaian IPads serta LapTop, apa kiranya Satelit LAPAN dapat dimanfaatkan ? Mungkin ada yang menjawab, tentu bisa namun koleksi buku di Perpustakaan Nasional ini tidak cukup banyak, perlu penambahan buku-buku. Buku-buku baru yang diterbitkan belum banyak.

Bolehlah, jawaban yang masuk akal juga.

Bagaiman kalau dijajagi kerja-sama dengan Perpustakaan di Luar Negeri ? Mungkin jawabannya ialah, bisa saja tetapi perlu diterjemahkan dahulu. Juga banyak buku-buku terbitan asing kurang cocok atau tidak banyak yang menceriterakan keadaan negeri ini. Jadi kegunaannya kurang bagi para pembaca. Contoh, buku-buku terbitan Amerika Serikat, umpamanya, banyak buku-buku yang diterbitkan adalah mengenai keadaan atau hal-hal yang berurusan dengan negaranya itu sendiri. Nah buat apa para pembaca di Indonesia belajar dan memahami "kedatangan para imigrant dari Inggris yang mendarat di Plymouth Rock di Pantai Timur Amerika Utara" ?

Bagaimana kalau kerja-sama dengan Perpustakaan di Luar Negeri itu dibatasi hanya kerja-sama dengan Perpustakaan yang berada di Negeri Belanda. Perpustakaan De Tropisch atau Perpustakaan di Universitas Delft, umpamanya. Tentunya banyak buku-buku mengenai Indonesia disimpan dikedua perpustakaan ini. Tak perlu diragukan lagi, yenyunya termasuk kertas-kertas kerja atau mungkin skripsi para mahasiswa Belanda yang ada hubungannya dengan Indonesia.

Mungkin bisa saja, namun untuk menterjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia merupakan pekerjaan yang besar sekali dan memerlukan waktu yang lama. Kemudian dicetak serta menerbitkan buku baru itu merupakan tugas yang sangat besar, boleh dibilang tugas raksasa.

Kita tidak perlu menerbitkannya berupa buku, cukup dengan CD saja. Jadi dengan demikian tugas raksasa ini kita kerdilkan. Bagaimana usaha menterjemahkan buku-buku di kedua Perpustakaan itu yang mana jumlahnya puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu itu ?

Memang tidak mudah dan jelas akan memerlukan waktu yang lama. Bagaimana kalau seandainya Pemerintah Indonesia mengumpulkan para Lansia, para pensiunan yang fasih berbahasa Belanda dan mengirimkannya ke Negeri Belanda untuk membaca buku-buku itu dan menterjemahkannya serta disimpan dalam memory chips, di LapTop misalnya.

Demikian juga, dicari bangsa Belanda yang fasih berbahasa Indonesia untuk ikut menterjemahkan buku-buku di kedua Perpustakaan itu kedalam bahasa Indonesia.

Kemudian secara berangsur, dikirim ke Perpustakaan Nasional di Jakarta dan disimpan dalam "satu memory chip" dengan kapasitas yang besar dan dapat diakses melalui internet. Nah disinilah Satelit LAPAN akan mempunyai peran yang sangat besar. Terutama dalam pengiriman "data-data" keseluruh pelosok Indonesia, sampai ke tempat-tempat terpencilpun. Ingat tulisan KOPASSUS, usaha menyebarkan keseluruh pelosok di tanah air dapat dilaksanakan dengan program WAMIL KOPASSUS.

Didesa-desa terpencil, Balaidesa-nya, dipagi hari dijadikan sebagai ruangan kelas elektronik, dilengkapi dengan layar TV dan peralatan penerimaan data-data melalui satelit. Tenaga listriknya dapat dipakai Solar Panel, Tenaga Angin atau mini-hydro-electric. Sore hari ruangan kelas itu dipakai sebagai tempat belajar orang-orang dewasa dengan bahan pelajaran praktis dalam bidang pertukangan, pertanian dan lain-lainnya. Pada malam hari rungan kelas disulap sebagai ruangan hiburan bagi masyarakat desa itu untuk menyaksikan berita-berita atau menonton hiburan lainnya. Atau pada malam-malam tertentu diadakan pembacaan buku-buku dari Perpustakaan Nasional terutama mengenai sejarah Nasional. Sebagai staff pengajar,Kemenetrian Pendidikan Nasional memberikan tenaga-tenaganya.

Jadi formula....Perpustakaan Nasional + Perpustakaan De Tropisch dan Perpustakaan Universitas Delft + Satelit LAPAN + Wamil Kopassus dapat menghasilkan usaha mulia dalam meningkatkan taraf hidup penduduk terutama di permukiman terpencil untuk ikut menikmati kemerdekaan negara ini. Usaha ini bukan usaha yang muluk dan juga bukan usaha mercu suar, usaha ini dapat dilaksanakan dalam waktu dekat untuk dijadikan sebagai usaha nyata. Usaha ini akan jauh lebih murah ongkosnya daripada membangun Jembatan Selat Sunda atau ongkos pembuatan Jembatan Kartanegara dan ongkos pembuatan ulang jembatan yang ambruk ini.

Mudah-mudahan "lamunan" ini dapat menjadi kenyataan dalam waktu dekat.

MangSi - 11012012