وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).


You are viewing 1 post with the tag program konservasi total by the author Wildan Pelangi Pekayon, Pasar Rebo

Selamatkan Air untuk Anak Cucu Kita

Akhir-akhir ini di berita kita sering mendengar banjir rob makin sering menyerang warga pesisir. Selain karena gravitasi bulan, ada hal lain tentu saja yang menyebabkan hal ini. Kita tentu tidak bisa menghilangkan efek gravitasi bulan kan ? :). Tapi kita bisa berusaha mencegah naiknya muka air laut.

Salah satu yang menyebabkan muka air laut naik , sangat berhubungan dg kondisi krisis Air (kelebihan air dan kekurangaan air di setiap musim ) :

1. Berpindah nya  air tanah ke laut, sebelumnya air berada di beberapa  lapisan aquifer ( baik di  aquifer bebas ; unconfined aquifer dan di  beberapa aquifer tertekan ; confined aquifer ).

  2. Data pendukung poin 1, secara umum : pada tahun 60 an untuk mempompa air kita cukup memakai pompa air dangkal ( daya hisap lebih kecil dari 7 m ) , sekarang untuk mempompa air kita membutuhkan pompa yg lebih dalam seperti jet pump… malah  submersible pump utk beberapa daerah yg muka air tanahnya makin dalam. Artinya muka air tanah semakin tahun semakin dalam. Kemana pindahnya  air tersebut ? Bukankah kemungkinan besar akan ke laut, karena laut tempat yg paling rendah untuk  berdiamnya air. Apakah kondisi ini hanya terjadi di Jakarta atau di Indonesia saja ? jawabannya hampir di semua Negara belahan dunia kondisinya sama. Kelangkaan air di musim kemarau sudah menjadi ketakutan di hamper semua Negara.  

3.    Mengapa kondisi diatas bisa terjadi ? Telah terjadi defisit  dalam water balance ; air yg diambil atau di pompa  lebih banyak dibandingkan air yg masuk kedalam lapisan aquifer tersebut.


4. Mengapa air yg masuk kedalam lapisan aquifer menjadi lebih sedikit setiap tahun ? Peresapan air hujan secara natural makin  sedikit akibat telah terjadi perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air ( catchment area ). Akibatnya air permukaan menjadi lebih banyak yg mengalir  ke sungai , akan terjadi banjir jika  daya tampung sungai sudah maximum ( debit air max  berubah drastik disbanding kan debit minimum / debit kemarau ).  Kondisi in terjadi bukan hanya di Jakarta dan di beberapa daerah DAS sungai di Indonesia, hal ini juga terjadi di megara-negara lain.


5. Apakah Allah SWT memberikan cukup air ( kebutuhan mutlak ke dua setelah kebutuhan udara ) untuk masyarakat Jakarta ( 9,73 juta jiwa ) ?  Dengan data luas Jakarta 661 km2, curah hujan rata-rata;  2500 mm atau 2,5 meter/m2/tahun, kebutuhan air 200 liter/hari/jiwa atau 73 M3/jiwa /tahun…. Sebenarnya air hujan tersebut sangat cukup utk 22 juta jiwa. Belum kalau dihitung dari air yang dikirim dari bagian hulu.


6. Mengapa sekarang Jakarta sekarang mengalami krisis air ? Terjadi banjir jika curah hujan melebihi 40 mm / 2 jam, sertaPAM  kekurangan air baku selama musim kemarau, sehingga memerlukan supply air dari DAS Citarum ( Jatiluhur ) ? Perlu perubahan padigma yang mendasar : ubah konsep Horizontal drainage menjadi Vertical drainage . Canangkan Program Konservasi Total ( PKT ) ; jangan buang air hujan secepatnya kelaut, simpan air hujan kedalam lapisan aquifer yg memang sudah berkurang banyak. Selamatkan air untuk keperluan anak cucu kita di kemudian hari.


Salah satu cara untuk melakukan konservasi air, adalah dengan membuat sumur resapan. Mungkin sobat NP dapat membaca tulisan oleh BPPT [2] tentang bagaimana membuat sumur resapan di lingkungan kita.

    • Sumur Resapan

Referensi

1. Jual-beli karbon itu bohong, kata pakar, Fatchy Muhammad, https://groups.google.com/forum/?hl=en#!topic/bizinov2010/UVzoPKlEYFo

2. Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan, BPPT, http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html