Batubara berlimpah yang katanya kurang menarik untuk diekspor. Karena katanya batubara muda. Dengan arti kata lain, tidak bisa diekspor, tidak bisa menjadi penghasil devisa. Tapi kan bisa dibakar ? Tentunya setelah diolah terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai pengganti kayu bakar di tungku-tungku di pedesaan. Atau mungkin tanpa diolahpun dapat dibakar juga. Salah satu cara dapat dibakar ditungku besar. Untuk memanaskan air menjadi uap. Uap hanya dapat menjalankan kereta api uap ( jaman doeloe) dan jaman sekarang memutarkan turbine. Cadangan batubara yang katanya cukup untuk 200 sampai 250 tahun itu yang tersedia di bumi Nusantara ini, sewajarnya kita manfaatkan sebaik-baiknya. Tidak dapat diekspor sebagai penghasil devisa, bagaiman kalau batubara yang tak laku dijual itu kita olah dengan berbagai cara untuk dipergunakan dalam usaha menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat.
Kita mulai dengan pemikiran batubara dapat digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Setelah menjadi uap, uap itu digunakan untuk menjalankan turbine. Turbine dapat menjadi alat penggerak dalam menjalankan generator atau baling-baling kapal. Generator digerakkan oleh turbine menghasilkan listrik. Dan tentunya kalau menggerakan baling-baling kapal laut, kapalnya akan maju berlayar dilautan lepas. Batubara yang melimpah,.....dapat menjadikan air menjadi uap, ..........uap memutarkan turbin dan baling-baling kapal laut, ....... lautan nusantara, ........keperluan listrik dinegara kita bertambah. Ini semua ada kaitannya dan kalau kaitannya di dipikirkan lebih dalam lagi dalam usaha menuju ke kesejahteraan rakyat.
Mengggali batubara, menyerap tenaga kerja.......mengapalkan batubara juga menyerap tenaga kerja ............ memproses batubara di tempat tujuan juga menyerap tenaga kerja dan akan menggalakkan ekonomi setempat. Di tempat tujuan perlu dibangun Pelabuhan, pembangunan ini menyerap tenaga kerja. Akan menggalakkan ekonomi setempat karena dengan adanya pelabuhan, akan disinggahi kapal-kapal lokal membongkar muatan dari pelabuhan lainnya.
Seandainya batubara dari Kalimantan Selatan, dikapalkan dengan kapal khusus pengangkut batubara curah. Tujuan batubara berbongkah-bongkah ini, ialah satu tempat di Pulau Halmahera pantai Barat. Tentunya dengan adanya kapal batubara curah harus dibuka suatu usaha agar pemakaian batubara bongkah ini berjalan dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian menghidupi usaha pengangkutan batubara curah ini.
Kapal pengangkut batubara curah ini, dilengkapi dengan "boiler" untuk memanaskan air menjadi uap. Untuk memanaskan air ini dipakai batubara sebagai bahan bakarnya. Kemudian uap disalurkan untuk memutarkan turbine. Turbine ini memutarkan generator dan menghasilkan listrik. Listrik dipakai untuk memutarkan motor listrik di buritan kapal yang dipasang sedemikian rupa berada diluar badan kapal. Motor listrik ini dilengkapi dengan baling-baling untuk menggerakkan kapal. Fungsi motor listrik ini juga sebagai "kemudi" kapal. Motor listrik dapat diputarkan kekiri 90 derajat dan kekanan juga 90 derajat. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar mengirit ongkos pengoperasian kapal. Juga dilihat dari segi praktisnya karena mengangkut batubara curah, dimanfaatkan batubara itu juga sebagai bahan bakar mesin kapal.
Kalau di tempat tujuan kapal batubara curah ini dibangun PLTU, sudah merupakan pintu terbuka untuk usaha pelayaran dari Kalimantan Barat ke Pantai Barat Pulau Halmahera ini. Agar pelayaran KalSel ke Halmahera Pantai Barat ini agar dapr berlangsung lama dan menguntungkan, lebih banyak batubara yang diangkut lebih baik. Seandainya tidak jauh dari pelabuhan itu dibangun pabrik "briquets", tentunya pabrik ini akan memerlukan bahan baku yaitu bongkah-bongkah batubara. Briquets dipasarkan di Maluku Utara, Maluku Selatan dan Sulawesi Pantai Timur.
Sekarang sudah ada dua langganan yang memakai batubara. PLTU dan Pabrik Briquets. Dengan tersedianya bongkah-bongkah batubara, memungkinkan untuk membangun usaha lain yang dibutuhkan di daerah itu. Umpamanya mencairkan baja untuk dijadikan pisau, parang, pacul, sekup, paku dan lain-lainya. (Usaha Pandai Besi). Atau membangun Pabrik Minyak Kelapa. Kopra yang diangkut oleh kapal-kapal lokal, kapal kayu bermotor, perahu layar, dimasukkan ke suatu bangunan dan dikeringkan dengan memakai uap limbah PLTU itu. Dengan demikian setahun penuh kopra dapat dikeringkan tanpa membutuhkan sinar matahari. Mungkin dengan demikian Minyak Kelapa dapat menjadi bahan ekspor ke Hongkong, Taiwan dan daratan Cina dimana kebiasaan setempat makanannya banyak yang digoreng digoreng.
Mengingat Pantai Barat Halmahera bagian selatan dilindungi banyak pulau-pulau, memungkin pantai-pantai disitu dapat dijadik objek Turis. Tentunya dengan membangun Resorts Area. Pantai putih, ombaknya tidak besar. Kemudian kesebelah Utara ada Pulau Morotai, bekas perang dunia ke II, dapat dijadikan tempat wisata. Dengan memakai sebagai daya penarik.."sejarah Perang Dunia ke II". Diusahakan untuk memamerkan pesawat-pesawat PD II, seperti Mustang dan Bomber -25. Pesawat-2 dapat didatangkan dari Amerika Serikat yang diparkir di gurun pasir Nevada atau tempat lainnya.
Untuk mencapai dari Resort Area ke Morotai, diperlukan jalan sepanjang pantai. Jalan ini yang menghubungkan resort-resort area. Atau dengan pesawat ukuran kecil. Tentunya perlu landasan, terbuka usaha lain untuk pembangunan Bandara yang menghubungkan Halmahera dengan Hawaii, Australia, New Zealand dan South Pacific.
Pembangunan resort-resort itu dimungkinkan karena adanya PLTU dan pabrik Briquets, dan tentunya keadaan alam seperti pantai yang indah, dan sisa-sisa sejarah dari Perang Dunia II. Sebagai atraksi istimewa khas lokal, kambing guling dan sate yang dibakar memakai batubara berupa briquets.