وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Mohon do'anya, kita sedang dalam proses mendirikan koperasi serba usaha dan simpan pinjam :
Perikanan, Pertanian dan Sampah yang belum diberdayakan secara optimal.
Merajut Kebersamaan dengan Pendidikan Berbasis Kewirausahaan Sosial
Dengan kegiatan yang sudah kami rintis sejak 2013, memperkenalkan konsep & praktek nol sampah, hidroponik dan aquaponik, kami akan mencoba membawa nya ke level yang lebih tinggi, yaitu merajut semuanya dalam "Koperasi Serba Usaha dan Simpan Pinjam" yang bergerak di bidang (ditulis berdasarkan skala prioritas) :
1. Kedaulatan Pangan
2. Nol Sampah
3. Kedaulatan Energi
Draft AD/ART Koperasi yang akan didirikan, dapat dibaca disini : http://www.slideshare.net/negeripelangi/draft-adart-koperasi-pelangi-ciderum, masih perlu banyak penyempurnaan.
Do'akan semoga dilancarkan.
Sabtu, 20 Juli 2013. Alhamdulillah, setelah hampir dua bulan tidak ada waktu untuk bersilaturahmi ke teman-teman sekaligus adik-adik di MTs Sirojul Wildan, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Berangkat bersama istri menggunakan commuter line, Pocin-Bogor, agak kaget juga, karena memang jarang pergi ke arah Bogor, tiket yang asalnya Rp. 9.000,- turun drastis menjadi Rp. 2.500,-. Sepertinya ini salah satu efek dari kenaikan BBM dari Rp. 4.500,- ke Rp. 6.500,0 kemarin. Sebagian subsidi untuk BBM dialihkan ke transportasi massal, hal yang sangat baik. Tapi, ini ada tapinya, dari 2 angkot di Bogor yang kita naiki, ongkosnya naik Rp. 2000,- :), tapi Alhamdulillah, kali ini tidak macet sama sekali, mungkin karena puasa, selain itu perbaikan jalan menuju Cikereteg sudah selesai 100%.
Sampai di MTs Sirojul Wildan sekitar jam 10.30. Agenda Kita kali ini adalah belajar membuat keranjang komposter takakura dan finalisasi Greenhouse sederhana yang akan digunakan sebagai tempat percobaan Hidroponik dan menyimpan keranjang komposter takakura.
Alhamdulillah, semua berjalan sesuai dengan rencana. Dalam sesi diskusi kita berbicara tentang jurus 4RC ( Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Compost) untuk melawan sampah di sekolah dan tempat tinggal kita masing-masing. Selain itu, kita juga menyinggung pembentukan koperasi siswa, Bu Halida, Guru di MTs Sirojul Wildan mengatakan kalau Sekolah memang ada rencana untuk membentuk koperasi, cocok sekali :).
Zero waste atau nol sampah adalah tujuan akhir kami, jika desa kami, Ciderum, ingin menjadikan sampah sebagai 'kekuatan', kita harus memulainya dari yang paling kecil, yaitu mengolah sampah organik. C dari konsep 4RC (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Compost). Terlihat siswa-siswi sedang membuat keranjang komposter takakura sendiri .., alhamdulillah, di sini, sekam murah sekali, 1 karung hanya Rp. 5000.
Karena yang kita kerjakan bersama anak-anak bermacam-macam, belajar dan praktek aquaponik, hidroponik, manajemen sampah, baik organik dan non organik, akhirnya kita memutuskan saja, agar kegiatan yang kita lakukan ini masuk dalam ekskul kewirausahaan, ekskul baru di tahun ajaran yang baru saja dimulai, bertepatan dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini.
Rencana menyewa tanah untuk peternakan kambing juga dibicarakan, untuk saat ini, masih dalam wacana, karena sekolah dalam waktu dekat, ingin membuat 2 ruang kelas sederhana, agar sekolah tidak perlu dibagi menjadi dua waktu, pagi dan siang.
Dalam perjalanan pulang, ada satu kejadian yang mungkin akan sulit untuk dilupakan. Ketika turun dari angkot, kebetulan hujan sedang turun dengan derasnya, kita langsung dibantu oleh tukang ojek payung. Ketika jalan, saya bertanya pada adik kecil yang menjadi ojek payung saya itu,
Saya : "De, kelas berapa ?"
Tukang Ojek Payung: "Kelas 2"
Saya : "2 SMP ?"
Tukang Ojek Payung: "Ya"
Saya : "Gak diomelin ama orang tua ngojek payung ?"
Tukang Ojek Payung : "Gak"
Saya : "Bapak kerja apa ?"
Tukang Ojek Payung : "Bapak udah nggak ada"
Saya : "Ibu ?"
Tukang Ojek Payung : "Ibu lagi sakit paru-paru..."
Sungguh berat perjuangan hidup yang harus ditempuh oleh anak ini, sayangnya, saya tidak menanyakan alamat lengkap anak ini .. :(. Mudah-mudahan dilain waktu dapat bertemu kembali.
Ada yang mengatakan, kalau kita memerlukan 1 Desa, untuk mendidik seorang anak, dan ini benar adanya, karena pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Perjuangan anak ini seharusnya tidak harus seberat ini, jika seluruh warga ditempat tinggal anak ini kompak, mudah-mudahan, kita dapat mewujudkan RW Siaga yang benar-benar Siaga, bukan hanya slogan semata.
Mudah-mudahan, niat Kami untuk merintis pendidikan berbasis kewirausahaan sosial, akan berjalan dengan lancar, dan sekolah ini, bisa dikatakan sebagai POC (Proof of Concept), dari beberapa ide yang kami miliki untuk mewujudkan pendidikan di Nusantara ini menjadi lebih baik.
1. Sedekah, "Investasi" Sepeda (Bekas), http://negeripelangi.org/id/berita/2014/08/28/sedekah-investasi-sepeda-bekas
2. Belajar Bareng Aquaponik di Yayasan Misbahul Ulum Al-Quran (MTs Sirojul Wildan & MA Sirojul Athfal), https://www.youtube.com/watch?v=aDcvZn41lgw
3. Gerakan Kedaulatan Pangan di Sekolah, http://pendidikan.openthinklabs.com/search/label/gerakan%20kedaulatan%20pangan%20di%20sekolah
Dengan dibangunnya "Monorail" di Jakarta sedikit banyaknya akan ada dampaknya kepada kemacetan lalu lintas di Ibu Kota. Mengurangi kemacetan lalu lintas,berarti mengurangi kendaraan di jalanan. Dengan adanya "Monorail", kemungkinan besar para pengendara sepeda motor, terutama para pegawai kantoran, akan memilih Pengangkutan Umum ini. Kenyamanan dengan gerbong-gerbong ber A/C sangat menarik. Apalagi kalau disertai dengan harga karcis yang murah. Faktor cuaca juga membuat berpergian dengan Pengangkutan Umum akan lebih menarik pemakainya. Namun jumlah pengendar sepeda motor memakai jalanan di Ibu Kota tidak akan menurun dengan drastis, kalaupun Monorail sudah berjalan. Terutama bagi pengendara sepeda motor yang masih muda-muda. Perasaan mandiri serta mobilitas sepeda motor tidak bisa diganti dengan pengangkutan Umum. Ditambah dengan setiap tahunnya anak-anak muda yang sudah cukup umur untuk mendapatkan SIM akan bertambah juga jumlahnya. Dan sebagai "tanda" kedewasaannya itu merreka akan menunjukkannya dengan naik sepeda motor.
Pembangunan Monorail juga harus dibarengi dengan usaha lain untuk menampung anak-anak sekolah dari rumah ke sekeloh dan sebaliknya. Satu caranya ialah menyediakan angkutan khusus untuk anak-anak sekolah. Berupa Bis Khusus Anak Sekolah. Perusahaan Swasta yang bergerak dibidang ini, harus mendapatkan kelonggaran dalam pengoperasiannya. Apakah dalam bentuk BBM yang murah, atau memakai mesin-mesin Diesel/Electric atau mesin Hybrid. Juga perlu dibantu dalam hal pengkreditan pembelian Bis yang murah. Dengan demikian pengoperasian bis-bis anak sekolah ini dapat memberikan suatu keuntungan yang wajar bagi perusahaan. Sedikitnya dengan adanya pengngkutan bis anak sekolah ini tidak mengharuskan orang tua untuk membeli sepeda motor bagi anaknya untuk keperluan ke sekolah. Mungkin pengadaan Bis-bis sekolah ini diperluas dengan pengadaan Bis-bis untuk Mahasiswa.
Pengurangan lalu lintas di jalanan Ibu Kota tidak akan terjadi kalau tidak dibangun jalanan baru untuk menampung jumlah kendaraan-kendaraan terutama sepeda motor. Pembangunan jalanan baru adalah suatu hal yang mendekati ketidak mungkinan. Jadi bagaimana jalan keluarnya dari persoalan "macet" di jalanan ini?
Suatu pemikiran yang "gila", tetapi besar kemungkinannya bisa terjadi. Pembangunan "monorail" harus dibarengi dalam usaha memberikan jalan keluar bagi pengendara sepeda motor. Bagaimana seandainya "jalanan" monorail diatas dan dibawahnya dibangunan jalanan khusus untuk sepeda motor. Dengan membangun jalur-jalur jalanan sepeda motor dikiri dan kanannya tiang-tiang penyangga "Monorail". Tentu ditempat-tempat tertentu ada jalur untuk keluar/masuk dari/ke jalur layang khusus sepeda motor ini ke jalanan biasa. "Jalanan-layang-khusus-sepeda-motor" ini diusahakan jangan dikenakan biaya. Dengan demikian akan menarik para pengendara sepeda motor untuk memakai jalanan layang ini sebisa mungkin. Berat sepeda motor dengan pengendaranya tidak akan merupakan persoalan besar dalam pembangunan "jalan-layang-khusus -sepeda-motor-dibawah-jalanan-Monorail" dengan memakai penyangga Monorail juga sebagai penyanggah jalanan sepeda motor ini.
Dengan demikian pembiayaan suatu proyek yang begitu besar, seperti Monorail ini, tidak saja dalam usaha pengangkutan penumpang saja, tetapi juga merupakan usaha dalam mencari jalan keluar dari persoalan lain. Dalam hal ini memindahkan sepeda motor dari jalanan biasa kejalanan khusus sepeda motor. Moge tidak diperkenankan memakai jalanan-khusus-sepeda motor ini. Dalam waktu-waktu tertentu, dalam jarak tertentu, jalanan khusus ini dipakai untuk sepeda gowes saja, sebagai tempat berekreasi warga. Pemakaian jalanan layang ini khusus untuk sepeda gowes, diadakan pada hari-hari libur dimana kantor tutup atau dihari Minggu
Dengan demikian, seperti pepatah...sekali merekuh dayung dua tiga pulau terlampau.