MP3EI : Galangan Kapal Nasional

    • Wujudkan MP3EI, Melalui Inovasi untuk Kemajuan Bangsa

Masterplan: Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 - 2025.

Dalam Masterplan ini "Perkapalan " dititik beratkan kepada Galangan Kapal Nasional dalam membangun kapal baru ukuran 10,000 DWT sampai 300,000 Dwt. Kesanggupan dalam membangun kapal-kapal ukuran ini dapat saja terwujud. Namun harus dipikirkan lempengan-lempengan baja yang akan dipakai untuk membangun lunas dan lambung kapal, apakah itu produksi dalam negeri atau bukan. Kalau produksi dalam negeri, sudahkah ada Pabrik yang dapat memproduksi lempengan baja tersebut? Apakah ada Pabrik lain selain Krakatau Steel? Dan apakah kiranya Krakatau Steel mampu memproduksi lempengan-lempengan baja untuk lunas dan lambung kapal-kapal yang berukuran sampai 300,000 DWT ?

Apakah ada Galangan Kapal lain disamping PT. PAL di Surabaya yang mempunyai teknologi maupun keterampilan pegawainya dalam membangun kapal baja dengan ukuran diatas 10,000 Dwt sampai 300,000 DWT ?

Pertanyaan berikuitnya adalah, apakah kita mampu bersaing dengan Vietnam,India dan Bangladesh yang sudah mengantongi pesanan kapal baru dari negara-negara maju seperti negara-negara Skandinavia ?

Bagaimana kalau cita-cita diatas kita kesampingkan dahulu dan memulai dengan pembangunan kapal yang sudah berjalan ratusan tahun, yaitu membangun kapal-kapal layar Pinisi. Tentunya pembangunan kapal Pinisi 2011 kedepan harus disertai dan dimanfaatkan akan kemajuan teknologi di bidang pembuatan kapal-kapal baru.


 Kemajuan teknologi seyogianya ditrapkan dibidang pembuatan kapal baru maupun dalam pemeliharaan kapal-kapal kayu, seperti kapal Pinisi ini. Dry-dock khusus bagi perawatan kapal Pinisi, seyogianya tersedia dipelabuhan-pelabuihan besar. Usaha-usaha perawatan kapal-kapal Pinisi ini, sewajarnya Pemerintah ikut membantu untuk meringankan ongkos-ongkosnya. Pembayaran ongkos perawatan kapal dibayarkan langsung kepada perusahaan Dry-dock. Si empunya kapal Pinisi membayar bagiannya langsung ke Perusahaan Dry-dock. Untuk ini, disarankan agar BPR setempat ikut aktip dalam mengadakan dananya, serta memberikan kelonggaran bagi si empunya kapal untuk mencicil ke BPR. Pembayaran "ongkos tambang" untuk muatan yang dikapalkan dengan kapal Pinisi yang mempunyai cicilan ke BPR. dibayarkan langsung oleh sipengirim barang ke BPR setempat dan dimasukkan ke rekening si empunya kapal Pinisi itu. Dengan demikian akan memajukan usaha per-bank-an dibidang Pelayaran Rakyat. Dengan simpanan yang ditentukan besarnya di BPR, si empunya kapal layar dapat meminta pembayaran cicilan dari BPR setempat untuk dibayarkan ke perusahaan Dry-dock setempat. Tentunya dalam usaha pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan pada kapal layarnya.

Dipikirkan dan dicarikan untuk memakai cat lambung yang selain mengawetkan kayu-kayu dibawah dan diatas permukaan air laut, juga jaminan bahwa lambung kapal kayu yang dibawah permukaan air laut akan bersih dari tempelan-tempelan kerang-kerang. Cat yang dipakai pada lambung dibawah permukaan laut itu dapat mengurangi "gesekan" antara badan kapal dan air laut. Sehingga dengan demikian akan tercapai kecepatan kapal sewaktu berlayar yang semaksimal mungkin. Selain cat, apakah kiranya dapat dipakai bahan-bahan kimia lainnya atau bahan plastik sebagai "lapisan" antara badan kapal dari kayu ini dengan air laut. Dengan demikian sekali gus disamping lambung kapal tidak ditempeli kerang-kerang juga melancarkan akan lajunya kapal.

Merancang ulang akan luasnya layar-layar kapal, serta mencarikan bahan layar yang ringan, awet dan murah. Merancang peralatan "bantu" untuk usaha-usaha menaikkan layar dan menurunkan layar dengan memakai tenaga listrik. Sehingga meringankan abk dalam menaikkan layar dan juga dapat menurunkan layar dengan cepat, umpamanya bila mengalami angin ribut dilautan lepas. Dengan demikian memperbesar dalam usaha penyelamatan kapal, muatan dan abknya.

Pemakaian peralatan electronic di kapal Pinisi harus diusahakan sebagai peralatan "keharusan". Umpamanya, pemancar darurat yang memancarkan S.O.S. sebagai pemancar "Beacon" untuk mempermudah dalam usaha-usaha SAR.

Peralatan electronic dengan memakai satelit untuk keperluan menentukan posisi kapal dilautan lepas. Peralatan elecronic untuk menentukan arah angin serta menentukan posisi layar terhadap arah angin, untuk mendapatkan hembusan yang maksimal.

Peralatan pengadaan listrik di kapal, apakah dengan Solar Panel, Tenaga Angin atau Tenaga arus air Laut memutarkan turbin listrik. Tenaga listrik diperlukan untuk keperluan lampu navigasi, pemancar radio, pengiriman dan pemerimaan data berupa laporan keadaan cuaca dengan komputer dan satelit. Pengiriman data dari alat-alat yang dipasang di kapal untuk keperluan Riset Kelautan. Pengiriman data mengenai gerak-gerik kapal-kapal asing yang berlayar di lautan Nusantara, bendera kapal serta posisi kapal serta jenis kapal ke Markas Besar TNI. Jumlah yang banyak dari kapal-kapal layar Pinisi yang mengarungi Lautan Nusantara merupakan puluhan ribu "mata" dan "telinga" yang sangat penting dalam usaha pengamanan negara dan bangsa. Dengan demikian Markas Besar TNI tahu betul posisi-posisi kapal-kapal asing yang berlayar dilautan Nusantara.

Pengadaan Galangan Kapal Layar Pinisi disetiap Propinsi dengan demikian "keahlian" warisan nenek moyang dalam membangun kapal layar Pinisi dapat dijaga kelanggengannya untuk ratusan tahun yang akan datang. Tentunya disamping membangun kapal, Galangan Kapal Layar Pinisi juga mengadakan R and D dalam merancang pembangunan kapal-kapal layar baru dengan memakai bahan lain selain kayu "Ulin". apakah Ferrocements atau fiberglass serta bahan dari plastik lainnya. Penelitian dalam pembuatan palkah-palkah muatan di kapal-kapal layar ini untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam cara baru mengapalkan barang-barang muatan. Peti kemas standard Nasional Pinisi atau muatan dengan di- "unitised", peti kemas standard nasional Pinisi dengan peralatan pengatur suhu udara.

Pengadaan sekolah-sekolah Pelayaran khusus untuk pendidikan awak kapal layar Pinisi yang disponsori Pemerintah atau Pemda untuk menjamin akan tersedianya awak kapal yang berpendidikan dan siap berlayar.

Kapal Layar Pinisi adalah warisan nenek moyang kita, adalah wajar sekali untuk mendapat perhatian utama serta dimasukkan dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 - 2025. Karena keberadaan kapal-kapal layar Pinisi di Lautan Nusantara adalah sangat dekat dan penting bukan saja dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia tetapi juga sebagai alat penting dalam usaha pelaksanaan "Pemeretaan Ekonomi Nasional dari Sabang sampai Merauke". Mengingat kapal-kapal Pinisi ini menyinggahi pelabuhan-pelabuhan kecil diseluruh Nusantara.

Membangun kapal baja dari 10,000 DWT sampai 300,000 DWT di Galangan Kapal di dalam negeri adalah sangat menarik dan membanggakan. Tetapi membangun kapal-kapal layar Pinisi serta meningkatkan semaksimal mungkin sebagai salah satu alat dalam membangun perekonomian Nasional akan lebih membanggakan lagi. Disamping ongkosnya tidak akan semahal membangun kapal-kapal 300,000 DWT yang belum tentu ada kegunaanya bagi Pelayaran Nasional maupun sumbangannya sebagai alat yang nyata dalam usaha "Pemerataan Ekonomi Nasional dari Sabang sampai ke Merauke".

"Think big, but make sure all the small things are properly taken care off" ( Joe Ragan).

Tautan Menarik

 

1. Deadweight tonnage ( D.W.T), http://en.wikipedia.org/wiki/Deadweight_tonnage

2. Analisa Teknis Konversi Kapal Pinisi Sebagai Kapal Pariwisata Di Daerah Pelayaran Ambon–Kep.Banda, http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100007030144/2414/Simulasi%20kapal

3. Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Bagi Anak Usia Dini Sebagai Sarana Integrasi Bangsa, http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/516

Tags: mp3ei
blog comments powered by Disqus