وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Bulan Nov tgl.10,2013 aku menginjakkan kembali kakiku ke Tanah tumpah darahku, setelah 50 tahun merantau di negeri orang. Bermaksud dengan se-izin-NYA, tentunya, untuk menetap di Tatar Sunda menunggu panggilan-NYA.
Bertepatan dengan waktu-waktu kampanye Pemilihan Umum. AKu merasa berterima kasih, se-olah-olah diberi kesempatan untuk mengenal kembali...ini negaramu !....ini bangsamu!.....ini calon pemimpin-mu !.....sungguh berbeda sekali dari waktu aku meninggalkan-mu, Ibu Pertiwi. Rasa gotong royong, rasa tolong menolong, bangsa yang ramah....kok menjadi.."gua-gua, elu-elu"...."mari gue tolong lu, cuman 20 ribu saja"......." saya mohon surat keterangan,.....wah bisa berhari-hari mungkin mingguan untuk ditanda tangani,...., tapi kalo "dibantu" besok siang selesai.....cukup selembar kertas warna biru."........menjelang pemilu, begitu rendahnya bangsaku sekarang ini, menjelekkan satu sama lainnya, mengkorek-korek ke-aiban orang lain, merasa benar sendiri, tak ada rasa sopan santun, fitnah berterbangan.....malah menjurus ke penganiyaan karena yang satu memilih yang tidak disukai massa......main hakim sendiri, dimana gerangan Ibu yang memegang timbangan ? Masih adakah hukum di bumi Ibu Pertiwi ini ? Peraturan dan tata tertib di kalangan masyarakat, kelihatannya sudah tiada ??
Terbukti soal sepele sudah tidak diperhatikan masyarakat, anak dibawah umur naik motor tanpa ada rasa "salah", orang dewasa membawa anak naik motor tanpa helm dua-duanya, Satu speda motor dengan penumpang 3-4 orang, dimanakah rasa keselamatan?.....peraturan lalu lintas sudah dianggap sepele, Begitu menganggap entengnya hukum lalulintas, sepeda motor berjalan melawan arah lalu lintas apakah di jalan satu arah atau tidak dianggap sebagai hal yang lumrah.
Aku bertanya kepada kawanku soal yang diatas,...dijawabnya lha itulah Indonesia sekarang ini, Mang.......ooh ternyata kata "merdeka" ini,karena sudah 68 tahun merdeka, mungkin sudah lupa, betul-betul disamakan dengan merdeka seperti "saenak perutnya sendiri".....ternyata sesuatu yang salah sekarang menjadi benar, sesuatu yang melanggar hukum dapat diatur dengan mulai dari 20 ribu........kalau kalangan bawah sudah begini kelakuan dan jalan pikirannya, apalagi para pemimpinnya...... merasa kaget Menag ko masuk bui....Bupati kok masuk bui, Gubernur ko masuk bui.........tapi petugas yang minta damai 20 ribu tenang-tenang saja menambah isi kantongnya setiap hari. Yang "dimintai" duitnya terpaksa beberapa hari makan nasi dengan sambel dan pucuk pohon singkong. Takut uang untuk bayar uang sekolah anaknya terpakai........hanya dalam kurun waktu..50 tahun saja sudah begini keadaanya.......bagaimana 100 tahun yang akan datang atau 200 tahun yang akan datang.....anak-anak di pedesaan ingin sekolah di setaraf SLA dengan uang sekolah 59 ribu sebulan saja, ortunya tidak sanggup membiayainya.......teringat diperantauan..anakku sekolah SD,SMP,SMA gratis...ditanggung oleh Pemkot dan Pemda !! Sudah itu makan siang gratis pula ! Perpustakaan di setiap RW dikelola oleh Pemkot..minjem buku, baca buku gratis !
Jadi ingat sewaktu di SD tahun 1950, masuk sekolah bawa cangkir dari kaleng, untuk menerima minum susu bubuk ! Kenangan indah, walaupun menulis dengan batutulis alias sabak dan gerip.
Ibu Pertiwi menangis.... wajarlah..............