وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Perginya seseorang dari asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman, yang biasa kita sebut dengan merantau ialah sebuah tindakan satu langkah lebih maju dibandingkan orang-orang yang menetap di daerahnya. Perjuangan hidup di kota orang bukanlah sebuah tindakan yang dapat diambil oleh semua orang. Oleh karena itu tak sedikit dari mereka berbangga hati dengan julukan anak perantau.
Kamu siap pergi merantau maka dengan secara tidak langsung kamu siap mengambil risiko dengan tanggung jawab yang akan kamu pikul dengan sendirinya. Memutuskan pilihan untuk keluar dari zona nyaman memang merupakan tantangan khusus untuk diri pribadi, akan tetapi untuk melalui hidup diperantauan akan mengajarkan kamu arti sesungguhnya bahwa hidup ini butuh tekad dan semangat yang kuat.
Susah dan senang akan kamu alami ketika kamu sudah merantau ditanah orang dan akan ada banyak hal yang membuatmu merasakan bahwa hidup ini sangatlah berarti. Kamu akan akrab merasakan kesepian, kesendirian, kerinduan dan bahkan ketika semua itu tidak terbendung lagi maka kamu akan menangis. Yang menjadi problematika utama orang perantau ialah kerinduan yang sangat mendalam yang dirasakannya. Bahkan ketika rindu itu sedang melanda dan ketika kamu tidak bisa bercerita kepada siapapun maka sedih yang teramat dalam akan kamu rasakan. Sejujurnya kesedihan terberat yang ada di hati anak perantau adalah ketika jauh dari Ayahnya.
Namun dilubuk hatinya pula, anak rantau percaya bahwa orang yang akan dia bahagiakan ayahnya. Karena tangis dan pengorbanan yang begitu besar yang telah dirasakan oleh anak perantau banyak dari mereka yang menjadikan ini sebagai pacuan untuk sukses dengan impian dan tujuan dasar ia merantau.
Merantau mengajarkan kamu untuk tetap bertahan bersama tekat yang kuat dengan pendirian yang kokoh, dengan itu juga akan membuatmu memastikan bahwa keringat yang kamu keluarkan adalah bukti dari perjuanganmu. Air mata, keringat, dan tenaga akan terbalaskan dengan kesuksesan yang kamu harapkan. Hidup yang mengharuskanmu untuk hemat, permasalahan yang kamu selesaikan dengan buah pikiranmu sendiri, mental yang lebih tangguh yang kamu miliki, kehilangan momentum hari raya besar bersama keluarga, terganggunya kesehatanmu, itu semua merupakan bagian dari perjuangan anak perantau.
Akan tetapi kesedihan dan kesendirian yang dirasakan anak perantau akan tergantikan apabila kamu melakukan kegiatan produktif baik di lingkup perkuliahan maupun pekerjaan. Karena tak bisa dipungkiri bahwa aktivitas-aktivitas yang kamu pilih sebagai pelengkap di keseharian kamu sangat membantu perkembangan diri anak perantau. Dan terakhir yang tidak boleh dilupakan oleh anak perantau adalah tetap menjaga dan menstabilkan ruhiyahnya sehingga tetap terus berdoa dan mendoakan keluarga nan jauh disana.
Sajak dariku....
Pengorbananku adalah tekadku Langkahku adalah ikhtiarku Impianku adalah cita-citaku Kuyakin apa yang kugapai akan membahagiakanmu Dan kuyakin kebahagian yang utuh akan kembali kelak kita bersatu
Menjadi seorang anak rantau, berjalan di negeri orang, tiada sanak saudara, hanya teman sebagai andalan, Begitulah nasib sebagian orang saat ini.Teruma saya,Saya berjalan kesana kemari hanya untuk mencari setitik ilmu. Hanya bisa mengingat kata-kata terakhir Ayah yang memberikan motivasi untuk saya dalam membentuk Kesabaran dalam hati agar saya bisa menerima keadaan hidup di tanah perantauan Walau terkadang keadaan tidak seperti yang saya inginkan, tapi itulah yang harus saya lalui .
Ayah yang di rumah, tidak akan tahu apa yang saya alami di rantau, Keluarga hanya tahu bahwa keadaan saya baik-baik saja,. Saya tidak selalu bergantung pada mereka" Saya tidak ingin terlena dengan kehidupan yang membuat jejak langkah ini terhenti" Saya harus berjalan menemukan siapa saya, bagaimana saya bisa mempertahankan hidup walau dengan sesuap nasi.
Walau terkadang hati menangis karena nasib, namun sebenarnya tangisan hanya membuat lemah. Namun tangisan bisa hadir sebagai ungkapan suara hati. Entah bagaimana masa depan.ini yang selalu saya membayangkannya setiap saat, Tapi biar semuanya berjalan menurut waktu. Karena apa yang ada didepan itulah yang harus saya hadapi. Entah esok atau lusa akan terjadi dalam hidup ini, Hanya Allah yang tahu semua ini.
Tapi saya bersyukur, karena kasih sayang Allah Yang Maha Besar masih tercurah memberikan orang-orang yang terbuka hatinya untuk menolong, memberikan tempat berteduh, dan memberikan support kepada saya" tetap bisa kuat menjalani hidup. Tapi, saya tidak akan terlena dengan semuanya. saya tidak mungkin terus berharap kepada mereka. Mungkin saja disuatu saat nanti, bisa saja terjadi keadaan yang tidak semulus dengan harapan.. Saya harus siap untuk menghadapinya, walau saya tak tahu kemana lagi kaki ini akan melangkah
Selama menjadi anak perantauan yang menuntut ilmu di kampung orang, banyak sekali problema-problema yang saya hadapi,. Namun itu semua menjadi proses pembelajaran bagi saya untuk bisa lebih bijak dan dewasa dalam menangani problem-problem yang saya hadapi saat ini.
Problema seperti: